Jumat, 20 Desember 2013

Alunan Kisah Kecil

Temanku........ Sahabatku.................... Dia yang selalu ada disamping kita apapun yang sedang terjadi, mungkin juga disaat perang, yah perang dingin kau taulah antara batin dan diri kita hehe. Terkadang teman memberikan solusi untuk kita. Aku tau, sebenarnya berkeluh kesah pada sesama manusia itu tidak boleh, kenapa? karena itu akan menambah beban seseorang yang kita mintai solusi. Allah SWT tidak menyukai siapa saja hambanya yang berkeluh kesah selain kepada-Nya. Begitu kira-kira awalan yang kurang tepat ini. Aku punya sebuah kisah tentang arti seorang teman, dan mungkin aku lebih pantas menyebutnya seorang sahabat. Aku bisa memulainya dengan sedikit kata-kata yang aku ambil dari sebuah lagu, yang mana jika kalian tahu saja. Ingat, aku tidak akan memaksa. Akhirnya aku sadar, dia sudah pergi meninggalkaku, akankah semuanya terulang? mungkinkah itu terulang kembali? Cuma kamu yang aku kenang, yang tidak akan pernah hilang, untuk selamanya. Kenapa terjadi sama kamu, aku tidak percaya bahwa kamu sudah tiada. Haruskah aku pergi, meninggalkan dunia? biar aku bisa berjumpa denganmu? Aku sadar, tanpa kulakukan hal bodoh itu untuk bertemu denganmu, pastilah nanti di akhirat kita akan berjumpa. Malam itu, 9 desember menuju 10 Desember 2013. Entah apa yang sedang terjadi, perasaanku tidak enak dan benar saja, aku menjadi susah untuk mememjamkan mataku. Pagi, waktu dimana aku harus wake up dan bersiap ke sekolah. Tentu saja aku harus bangun awal, kau tau kan pelajar, tugasnya belajar. Mungkin waktu itu kira-kira pukul 5.15 pagi seorang teman dekatku, Aerrosa meneleponku, dan mengatakan sesuatu yang membuat aku sulit bernafas. Aku hanya terdiam seakan membatin pelan 'ah ini bercanda...' Nyatanya, tidak. Penyataan ini candaan adalah 2 nol besar.. Pagi itu Aerrosa meneleponku dengan isakan tangis dirinya, yang mengabarkan padaku bahwa salah satu teman dekat kita, sahabatku, meninggal. Pagi itu, 10 Desember adalah pagi yang buruk untuk memulai hariku. Awalnya mendengar kabar yang diberika Rosa, begitu aku memanggilnya aku tidak mengeluarkan air mata setetes pun, aku yakin itu. Tapi setelah menyadari apa yang terjadi kemaren, aku sudah tidak bisa lagi memendamnya. Keluarlah tangisku, pecah seketika aku diberitahu kedua orang tuaku tentang hal apa yang sebenarnya terjadi. Awalnya aku dan Rosa ingin memastikan hal ini sebelum berangkat sekolah, tapi terlambat. Memang benar ada seorang anak perempuan, meninggal dalam usia 16 tahun. Dan pagi itu Masjid atas Perumahanku menyiarkannya. Benar saja, dia........ sahabatku. Karena sadar hari ini aku ada tes, semesteran yang belum kelar. Aku memutuskan segera mandi. Di kamar mandi, aku tidak yakin apakah aku mandi atau apa. Seingatku aku hanya menangis. Keluar dari kamar mandi pun juga tak ada yang berubah. Keluargaku mengetahui sosok sahabatku itu, apalagi adekku yang beberapa kali menanyakan padaku, " Yang pakai kacamata itukan? yang cantik itu to mba? " Astaghfirullah............. secepat inikah yaAllah engkau memanggil sahabatku itu? Beberapa sesaat sebelum aku berangkat sekolah, aku mengecek salah satu akun social media-ku. Benar saja apa yang sudah kuduga. Ramai ucapan duka. Bapak dan Ibuku masuk kedalam kamarku, Bapakku memberikan sebuah nasihat yang intinya aku sadar itu untuk menenangkanku, katanya " Semua manusia itu akan pergi sesuai dengan apa yang sudah Allah SWT takdirkan, tidak peduli dia muda, tua, ataupun baru saja dilahirkan. Sekarang sadar to? Ndak ada gunane lagi ditangisi, dia ndak akan kembali. " Jujur saja, aku hanya menangkap beberapa kata, lainnya aku tak ingat. Disekolah, aku yakin ini pastilah tempat yang amat sangat beraaat, begitulah untuk menuangkan kesedihan. Pastilah tidak tepat. Aku mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah mau menenangkanku. Yang lain, hmmm oke terimakasih juga. Setelah menyelesaikan tesku, aku sangat terburu-buru menuju kelas Aerrosa, tiba-tiba dia memintaku boncengan naik motor dengannya menuju rumah sahabatku itu. Tentu saja untuk memberikan penghormatan terakhirku. Sejenak aku terdiam, aku mengingat kemaren sahabatku itu beristirahat di UKS, aku tidak mengetahui bahwa dia dibawa ke UKS karena kondisi tubuhnya. Aku memandanginya, yang aku lihat hanya kesakitan yang tidak bisa ditahannya lagi, pucat wajahnya. Sebelum aku pulang pun, aku sempat mengucakan " Kamu cepet sembuh ya Pin, aku pulang dulu " dan, aku tidak melihat senyum merekah diwajahnya, senyum yang biasa aku dapatkan darinya. Kembali ke sekarang, ini sudah waktunya pulang, yah aku harus ke rumah sahabatku itu, melayat. Dalam pikiranku, yang ada kita hanya berpisah kelas, bukan dia pergi meninggalkan dunia. Hanya itu. Masuk ke dalam rumahnya, yang benar saja aku benar-benar susah mengungkapnya, menceritakannya, membeberkannya. Pertama kali aku mencari mamahnya, kulihat wajah orang tua yang sangat menyanyangi puterinya. Dia mengatakan padaku " Maafin Ina ya kalo Ina ada salah.. " sisanya yang aku dengar hanya isakan dari aku dan mamahnya. Sungguh, ini benar-benar hal yang berat. Aku hanya meyakini, dibalik kejadian ini pasti ada hikmahnya tersendiri. Sat aku menemukan sosok kakaknya, aku langsung memeluknya, sosok yang sama dengan sahabatku, persis. Kali ini aku benar-benar tidak meyakini kepergiannya. Aku menangis disamping jenazahnya, pecahlah sudah tangis yang tidak bisa kukontrol. Aku tahu, bukan itu yang seharusnya aku lakukan, aku harusnya diam, bukan seperti itu. Sekeluarnya aku dari rumahnya, aku benar-benar meluapkannya. Semua teman baikku ada disampingku, berusaha menenangkan, Aku bersyukur pada-Mu yaAllah, terimakasih atas semua orang-orang ini. Aku mengantarkannya sampai ke liang lahatnya, aku berusaha keras tidak menangis disini. Bersyukur itu berhasil. Dalam perjalanan mengantar rosa pulang, Rosa bilang, " Beruntung ya ma kita diberikan waktu kenal dia, jadi teman dekatnya, banyak hal yang kita lalui bareng-bareng. " Makasih banyak yaAllah sudah memberikan kesempatan pada sahabatku untuk mewarnai hari-hariku ini, Selamat jalan sahabatku, semoga kamu diterima disisi Allah SWT, ditempatkan di tempat yang terbaik buat kamu, Selamat jalan, ELVINA INAYATI................................................... Doaku menyertai kepergianmu, Ragamu boleh hilang, lenyap oleh rayap, tapi jiwamu tetap tinggal di masing-masing hati kita, Teman dan Sahabatmu. Terimakasih sudah mau menjadi temanku selama ini, kita berteman dari TK. Hanya saja aku baru diberi kesempatan dekat sama kamu, di SMA. Terimakasih sudah mempercayaiku, aku bakalan jaga semua ceritamu. Sampai bertemu di Surga Pin..........

Kamis, 19 Desember 2013

Socrates

Long time ago in ancient Greece lived a man named Socrates. He was a knowledgeable and esteemed philosopher.

One day, a man approached him. Guess what the person told Socrates? He told Socrates that he had information about his friend. Before the man could even start talking about his friend, Socrates told him to take a test, known as the ' Triple Filter Test '. Do you know what the triple filter test is? Well, the first filter of the ' Triple Filter Test ' was the filter of truth. Socrates asked him whether the information he had was the truth. The person said that he had just heard it on the way. He was not sure whether it was the absolute truth. He asked the person whether the information was regarding anything good about his friend. The man said it was actually the opposite.

Now, guess what the final filter was. It was that of usefulness. Socrates asked whether the information was useful to him in any way. However, the man replied negatively. Socrates then replied that when information regarding a friend is not true, good or useful, then why should it be conveyed at all? He knew his friend better than others.